3 Cerita Mistis Pendakian Gunung Gede via Putri (Kisah Nyata)

Gunung Gede dikenal sebagai salah satu destinasi wisata pendakian populer di Indonesia. Bahkan karena popularitasnya, Gunung tertinggi ke-3 di Jawa Barat ini pernah disebut-sebut sebagai “kiblatnya” para pendaki di Jawa Barat.

Namun, di tengah keindahan alam yang mempesona dan tantangan pendakian ditawarkan, Gunung Gede menyimpan sejumlah misteri yang selalu menarik perhatian.

Tak hanya dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian favorit, Gunung Gede juga memiliki cerita-cerita mistis yang kerap mewarnai setiap langkah para pendaki yang berani menapaki jalurnya.

Kisah-kisah tersebut bukan sekadar mitos belaka, melainkan cerita yang diperkuat oleh kesaksian para pendaki yang pernah mengalaminya secara langsung.

Cerita Mistis Pendakian Gunung Gede via Putri

Gunung Gede mengajak kita untuk tidak hanya menikmati keindahannya, namun juga menghormati sisi spiritual yang tak terpisahkan dari sejarah dan tradisi pendakian di gunung tersebut.

Berikut adalah kisah-kisah mistis pendakian Gunung Gede via Gunung Putri yang bersumber dari kesaksian para pendaki yang pernah mengalaminya secara langsung.

Belasan Jam Menuruni Jalur Putri Diikuti Sosok Tinggi Besar

Cerita ini dialami oleh pendaki bernama Ferdy yang mengikuti Open Trip Gunung Gede pada tahun 2019. Saat itu ia melakukan pendakian bersama 12 orang pendaki lainnya yang melalui jalur Cibodas.

“Namun perasaan Ferdy berkata lain, selain mendengar suara ia juga merasakan adanya sosok yang terus mengikuti mereka. Ferdy dua kali menengok ke belakang dan melihat sosok tinggi besar terus berada di belakang mereka.”

Sepanjang perjalanan pendakian melalui jalur Cibodas ini dilalui dengan kondisi hujan yang tidak kunjung reda hingga sampai dan mendirikan tenda di pos Kandang Badak.

Lanjut perjalanan dari Kandang Badak menuju Puncak Gede lalu ke Alun-Alun Surya Kencana dilalui tanpa kendala. Kemudian sekitar jam 6 petang rombongan sampai di Alun-Alun Surya Kencana dan memutuskan untuk turun melalui jalur Putri.

Hari sudah cukup gelap, Ferdy melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 lebih kemudian rombongan berkumpul dan berdoa untuk melanjutkan perjalanan turun.

Awalnya perjalanan dilalui tanpa kendala yang berarti kemudian sekitar 1 jam kemudian rombongan terpisah menjadi 2 kelompok. Ferdy bersama satu temannya bernama Anto tertinggal di belakang, namun di belakangnya masih ada 2 orang sweeper.

Meski pada posisi terpisah dari kelompok, awalnya Ferdy santai saja karena sebelumnya pernah punya pengalaman melakukan turun gunung malam hari ditambah saat itu masih ada 2 orang sweeper di belakangnya.

Hari semakin gelap, Ferdy berinisiatif melakukan perjalanan yang relatif cepat, namun hingga sampai di pos 3 rombongan pertama tidak kunjung terlihat. Seiring perjalanan, ia kembali melihat waktu pada jam tanganya tak terasa sudah menunjukkan jam 12 malam.

Pada saat itu, Anto yang menjadi teman perjalannya mulai mengeluhkan penyakit maag yang kambuh. Celakanya persediaan air yang meraka bawa sudah habis, namun Anto tetap berusaha untuk melanjutkan perjalanan.

Dua orang sweeper di belakangnya yaitu bang Sadi (porter) dan bang Iwan meyakinkan Ferdy dan Anto bahwa perjalanan tidak akan lama lagi karena sudah sampai di pos 2.

Mereka terrus melanjutkan perjalanan hingga waktu menunjukkan jam 2 pagi, namun pos 1 tidak juga terlewati. Anto mulai resah dan bertanya kepada bang Sadi tentang jarak menuju pos 1. Bang Sadi kembali menenangkan dan meyakinkan mereka bahwa pos 1 sudah dekat dan akan segera terlewati.

Hingga kemudian bang Sadi mulai merasakan keanehan, karena seharusnya jarak dari pos 2 menuju pos 1 tidak terlalu jauh. Namun bang Sadi terus berpikir positif sambil tetap berusaha menenangkan Ferdy dan Anto yang sudah lebih dulu gelisah.

Mereka terus bergerak, langit masih sangat gelap dan udara pun sangat menusuk di kulit. Ferdy sudah semakin panik karena pos 1 tidak juga terlewati ditambah Anto yang tubuhnya tiba-tiba lemes seperti sudah melaihat sesuatu yang menyeramkan.

Setelah melakukan perjalanan selama berjam-jam akhirnya mereka menyadari satu hal bahwa selama itu mereka hanya berjalan memutar-mutar di jalur yang sama. Kejanggalan ini disadari oleh Anto yang tubuhnya sudah lemas, ia menanyakan terkait bahwa jalan yang dilalui sudah beberapa kali terlewati.

Bang Sadi tetap dengan pikiran positifnya dan kembali berusaha menenangkan mereka dengan mengatakan kalau jalan yang dilalui tidak sama. Bang Sadi meminta Ferdy dan Anto untuk tetap tetnang sambil tetap bergerak pelan-pelan.

Di tengah perjalanan, mereka berempat mendengar suara dari arah pojok kanan seperti orang yang sedang berlari. Kejadian itu sontak membuat mereka terutama Ferdy dan Anto kaget karena suara yang terdengar begitu jelas dan kencang.

Lagi-lagi Bang Sadi dan Bang Iwan berusaha menenangkan Ferdy dan Anto dengan menyebut bahwa kemungkinan itu suara monyet yang sedang mencari makan.

Namun perasaan Ferdy berkata lain, selain mendengar suara ia juga merasakan adanya sosok yang terus mengikuti mereka. Ferdy dua kali menengok ke belakang dan melihat sosok tinggi besar terus berada di belakang mereka. Sosok tersebut membuat Ferdy ketakutan dan tidak berani kembali memengok ke belakang.

cerita mistis gunung gede via putri
Ilustrasi sosok tinggi besar hitam. Foto: Anon

Meski sudah merasa cukup lelah, namun masih terus berusaha bergerak perlahan. Perjalanan turun dari pos 2 menuju pos 1 jalur Putri seharusnya bisa ditepuh dalam 1 jam saja.

Namun mereka sudah berjalan hampir 10 jam, pos 1 tidak juga terlewati. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti di tempat yang sebelumnya mereka lewati dan singgahi berkali-kali.

Tempat tersebut berupa sebuah pohon besar di tengah jalan, yang menurut Ferdy di antara pohon tersebut seperti ada gerbang yang tidak bisa mereka lewati. Akhirnya mereka beristirahat dan duduk di bawah pohon terserbut.

Akhirnya Bang Sadi nyeletuk sambil tertawa kalau pohon itu memang sudah beberapa kali mereka lewati. Ferdy yang semula merasa panik akhirnya mulai merasa tenang karena melihat Bang Sadi dan Bang Iwan yang santai saja.

Di tempat itu, lagi-lagi Ferdy melihat sesuatu di balik pohon seperti kepala sosok hitam tinggi besar yang mengintip mereka. Ferdy gaket dan kembali panik, tubuhnya bergetar sambil berusaha mengucap dzikir.

Ferdy menyadari kalau Anto sepertinya sudah melihat apa yang baru saja ia lihat. Anto berkali-kali meminta Ferdy dan Bang Sadi serta Bang Iwan untuk selalu berada di sampingnya.

Sekitar jam 4 pagi, Ferdy melihat aktivitas yang menurutnya aneh yang dilakukan Bang Sadi yaitu berdiam di pinggiran semak kemudian memilih ranting lalu dikantonginya.

Setelah kejadian itu, mereka melanjutkan melanjutkan perjalanan dan tidak lama kemudian seperti melewati pos berwarna Putih sebelum pos 1. Namun anehnya, Anto tidak mau melewati pos putih tersebut hingga Bang Iwan mendampingi dan memintanya untuk jalan sambil menunduk.

Perjalanan kembali berlanjut, akhirnya sampailah di pos 1 namun mereka memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dan sampai di pos GPO pada jam 6.30.

Sesampainya di Basecamp, Ferdy dan Anto ngobrol bahwa mereka memang melaihat sosok yang sama yaitu sosok tinggi besar hitam. Anto juga memberitahukan alasan ia tidak mau melewati pos kosong putih karena di atasnya ada sosok yang berdiri tinggi besar hitam.

Ferdy menuturkan bahwa kejadian tersebut tidak membuat ia kapok mendaki gunung, namun bagi seorang pendaki pemula sepertinya ditemani pendaki senior akan sangat membantu. Ia tidak bisa membayangkan apabila harus berada pada posisi saat itu seorang diri atau hanya dengan sesama pendaki pemula.

Setelah saling berbagi cerita, Ferdy, Anto dan yang lainnya melanjutkan perjalanan pulang ke tempat masing-masing.

Selesai.

Kisah Mistis Simpang Maleber Gunung Gede

Kisah ini dibagikan oleh Kang Irwan melalui instagram @irwankurnia89 via @mountnesia tentang pengalaman mistis saat mendaki Gunung Gede via Putri, kemudian sempat viral hingga menuai ratusan komentar ngeri netizen.

Rencana pendakian sudah disiapkan jauh-jauh hari, mulai dari pembagian tugas hingga manajemen waktu dan jumlah rombongan yang terdiri dari 14 orang di antaranya 12 laki-laki dan 2 perempuan.

Saat itu bukan kali pertama ia mendaki Gunung Gede dan Pangrango, pada tahun 2015, 2016 dan 2017 pernah mendaki melalui jalur Cibodas. Namun rencana kali ini ia akan melakukan pendakian melalui jalur Putri (Gunung Putri).

“Setelah beberapa hari kemudian, salah satu anggota rombongan yaitu Kang Noor bertanya lewat grup whatsapp, siapa anggota rombongan yang pada saat itu tiba paling terakhir?”

Singkat cerita, sekitar jam12 siang rombongan mereka tiba di jalur Gunung Putri. Berdasarkan kesepakatan, mereka mengganti sholat Jumat dengan sholat Dzuhur sebelum memulai perjalanan mendaki.

Perjalanan dimulai dengan disambut langit yang mulai mendung, baru menapaki trek awal perkebunan warga hujan gerimis turun. Pos pertama hingga pos Simpang Maleber dapat dilalui tanpa kendala, hanya saja ketika memasuki area hutan mereka menemukan sesajen dengan bau kemenyan yang baru dibakar.

Jalur terjal Gunung Putri ditambah kondisi hujan membuat sebagian rombongan kelelahan lalu memutuskan untuk beristirahat di Simpang Maleber. Sembari menunggu sebagian anggota rombongan yang tertinggal, mereka mengisi perut dengan makan cemilan.

Waktu saat itu sudah sore menjelang magrib, rombongan kembali berkumpul di Simpang Maleber. Kemudian mereka bertemu dengan seorang pedagang dan anaknya yang akan membuka lapak di Alun-Alun Surya Kencana dan sempat beristirahat di lokasi yang sama.

Ketika pedagang dan anaknya tersebut kembali mulai melanjutkan perjalanan, mereka berpesan pada rombongan untuk segera meninggalkan tempat itu sebelum magrib. Tak berselang lama, rombongan menyusul untuk melanjutkan perjalanan menuju Alun-Alun Surya Kencana yang sudah cukup dekat.

Kisah Mistis Simpang Maleber Gunung Gede via Putri
Medan Simpang Meleber. Foto: Rikas Harsa

Singkat cerita, hari sudah mulai gelap akhirnya satu per satu dari anggota rombongan sampai dan berkumpul di Alun-Alun Surya Kencana. Namun tersisa 2 orang yang belum juga sampai yaitu pendaki yang bernama Ivan dan Kang Irwan, karena kelelahan jadi mereka lebih lama beristirahat.

Cuaca mulai dingin, hari semakin gelap dan kabut tebal turun menyelimuti Alun-Alun Surya Kencana. Sambil menunggu Ivan dan Kang Irwan, 3 orang anggota rombongan memutuskan untuk mencari tempat untuk lokasi kemah.

Setelah Kang Irwan dan Ivan sampai di Alun-Alun Surya Kencana segera berkumpul dengan rombongan kemudian lanjut perjalanan menuju lokasi kemah. Berbekal headlamp dan HT untuk berkomunikasi dengan anggota rombongan yang sudah berada di lokasi kemah, mereka berjalan menembus tebalnya kabut malam itu.

Sampai dilokasi kemah, mereka langsung mendirikan tenda, memasak makanan dan minuman lalu beristirahat. Esok harinya rencana menuju Puncak Gede harus gagal karena kondisi hujan badai, kabut tebal dan angin yang tak kunjung reda. Gagal ke puncak, mereka memutuskan untuk hanya berfoto-foto di Alun-Alun Surya Kencana.

Sekitar jam 10 mereka memutuskan untuk packing dan berencana kembali turun. Rencana awal turun melalui jalur Cibodas, namun karena kabut masih tebal dan angin cukup kencang akhirnya kembali melalui jalur Gunung Putri, kemudian tiba di Basecamp Gunung Putri pada jam 14.00.

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang ke tempatnya-masing-masing. Sesampai di rumah, anggota rombongan saling mengabari dan berbagi foto di grup whatsapp. Setelah beberapa hari kemudian, salah satu anggota rombongan yaitu Kang Noor bertanya lewat grup whatsapp, siapa anggota rombongan yang pada saat itu tiba terakhir?

Kemudian salah satu anggota grup menjawab bahwa Kang Irwan dan Ivan yang tiba di Surya Kencana paling akhir. Ketika Kang Noor ditanya balik maksud dari pertanyaan yang ia ajukan tersebut, Kang Noor tidak merespon.

Berkali-kali Kang Noor disinggung terkait pertanyaan ia tempo hari, namun ia masih enggan menjawab. Setelah hampir 1,5 bulan setelah pendakian, akhirnya Kang Noor membuka cerita terkait kejadian janggal yang dialaminya.

Menurutnya, setelah dari pos Simpang Maleber posisi dia berada paling depan dan yang lain di belakang karena ia bisa melihat dengan jelas siapa saja yang berada di belakangnya saat itu.

Namun sesampainya ia di Alun-Alun Surya Kencana, ternyat asemua orang yang ia lihat berada di belakangnya tadi sudah sampai lebih dulu di Alun-Alun Surya Kencana.

Si pencerita yang menanyai Kang Noor tersebut merasa aneh, karena setelah dari Simpang Maleber posisi Kang Noor berada di depan dia, namun ternyata ada di belakang. Sontak anggota grup whatsapp menjadi bertanya-tanya siapa sosok yang menyerupai mereka di belakang Kang Noor dan siapa sosok Kang Noor yang ada di depan si pencerita selepas dari Simpang Maleber?

Sampai kini, pertanyaan tersebut masih tak menemukan jawaban.

Selesai.

Diikuti Mbak Kunti Saat Pendakian Gunung Gede via Putri

Kisah mistis Gunung Gede ini dibagikan seorang pendaki bernama Rama melalui sebuah podcast di kanal Youtube Lentera Malam. Kejadian menyeramkan menimpa dirinya bersama rombongan ketika melakukan pendakian Gunung Gede via jalur Gunung Putri pada tahun 2019.

“Salah seorang anggota rombongan menjerit, karena merasa diikuti setan kuntilanak, bahkan sepanjang perjalanan menjadi seolah banyak makhluk halus yang mengikuti.”

Pada saat perjalanan mendaki, aura mistis mulai terasa saat ia berpapasan dengan rombongan lain yang sedang melintas, dan salah satu anggotanya mengalami kesurupan. Terlihat seorang pendaki wanita mengerang-ngerang dengan tingkah seperti macan.

Perjalanan berlanjut hingga akhirnya Rama dan rombongannya sampai di lokasi kemah Gunung Gede pada saat hari sudah gelap. Sesampainya di lokasi kemah, ia dan rombonganya mendirikan tenda untuk beriristirahat dan beraktifitas pasca pendakian di lokasi kemah.

Esok harinya, setelah selesai semua aktifitas pendakian yang mendekati waktu magrib, Rama dan rombongan memutuskan untuk melakukan perjalanan turun gunung.

Saat perjalanan turun itulah salah satu anggota rombongan menjerit karena merasa diikuti Kuntilanak. Bahkan sempanjang perjalanan menjadi seolah banyak makhluk halus yang mengikuti mereka.

cerita mistis gunung gede
Ilustrasi Mbak Kunti. Foto: Anon

Rama dan rombongannya kerap kali mendapati kondisi-kondisi tak biasa yang membuat bulu kuduk berdiri, seperti mencium bau amis dan bau bangkai yang begitu menyengat.

Singkat cerita, mereka sampai di pos 1, namun rombongan masih merasakan adanya sosok yang terus mengikuti mereka. Di antara sosok tersebut, yaitu Kuntilanak dan jenis makhluk halus lainnya yang seolah terus mengawasi dan mengikuti mereka.

Pada saat perjalanan menuju basecamp, tepatnya sebelum memasuki kawasan perkampungan masyarakat, ia merasakan makhluk halus masih mengikutinya. Tak lama berselang, muncul seorang kakek-kakek yang kemudian memandu mereka dalam perjalanan hingga akhirnya kakek tersebut menghilang tanpa jejak.

Aura mistis masih terasa begitu kental ketika mereka memasuki kawasan perkebunan warga di kaki Gunung Gede, seolah merasakan adanya keramaian seperti hajatan. Padahal nyatanya kawasan yang sedang mereka lewati hanya berupa lahan warga yang begitu sepi tanpa adanya aktifitas manusia.

Selepas perjalanan pendakian yang dihiasi dengan kejadian-kejadian mistis, kemudian diketahui dari cerita warga sektiar bahwa di sekitaran lokasi tersebut ada perkampungan Jin. Terutama di kawasan trek yang menuju pos 1, jalur pendakian Gunung Gede via Putri.

Selesai.

Penutup

Ada cerita kalangan pendaki, bahwa di Gunung Gede konon sebenarnya ada komunitas makhluk halus, berupa perkampungan jin. Sejumlah pendaki pernah menceritakan pengalaman mereka mengalami berbagai gangguan makhluk halus seperti jin, kuntilanak, monyet bertanduk merah dan sosok hitam tinggi besar.

Cerita mistis di Gunung Gede ini bukan hanya disebutkan 1-2 orang pendaki saja, namun juga diketahui merupakan cerita yang sering terdengar dari sejumlah masyarakat sekitar.

Dari sekian banyak kisah-kisah mistis pendakian Gunung Gede di antaranya kisah yang dialami Ferdy, Kang Irwan dan Rama ketika sedang melakukan pendakian Gunung Gede melalui jalur Gunung Putri.

Referensi:

  1. https://www.sweeperbackpacker.my.id
  2. Instagram @irwankurnia89 via @mountnesia
  3. Youtube, Lentera Malam
Bagikan tulisan ini:

You cannot copy content of this page