Larangan dan Pantangan Pendaki Gunung Gede Pangrango

Gunung menjadi salah satu destinasi favorit bagi para petualang dan pecinta alam. Namun, mendaki gunung bukan sekadar hobi atau olahraga, melainkan juga mengandung nilai spiritual bagi banyak orang.

Untuk menjaga kelestarian alam dan menghormati nilai-nilai spiritual tersebut, ada beberapa larangan dan pantangan yang harus diikuti oleh pendaki gunung.

Begitu pula dengan Gunung Gede dan Pangrango, para pendaki yang melakukan pendakian ke kawasan tersebut harus patuh pada peraturan pengelola. Diantara peraturan tersebut mencakup larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan pendaki.

Gunung Gede dan Pangrango juga dikenal lekat dengan nilai-nilai spiritual yang harus dihormati, salah satunya dengan mematuhi pantangan-pantangan.

Larangan Bagi Pendaki Gunung

Secara umum larangan-larangan bagi pendaki gunung dibuat dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem di gunung sekaligus menjaga kelestarian alamnya. Bentuk larangan biasanya berupa pencegahan terhadap kerusakan pada kawasan gunung dan ekosistemnya.

Pantangan Bagi Pendaki Gunung

Gunung-Gunung di Indonesia sering dikenal mempunyai nilai-nilai spiritual yang tinggi bagi masyarakat sekitar. Dengan tidak melakukan tindakan yang tidak diperkenankan adalah cara pendaki menghormati kearifan lokal di kawasan tersebut.

Diantara pantangan-pantangan yang diberkakukan di gunung biasanya mencakup pada 2 hal berikut:

Pantangan Adat dan Budaya: Beberapa gunung memiliki pantangan adat, seperti tidak berteriak atau mengambil tanaman tertentu.

Pantangan Terkait Fauna dan Flora: Ada spesies tertentu yang dilindungi dan tidak boleh diganggu.

Larangan dan Pantangan Pendaki Gunung Gede Pangrango
Foto: Abhi Supryandi

Larangan Bagi Pendaki Gunung Gede Pangrango

Untuk menjaga kelestarian alam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), pihak pengelola secara resmi mempublikasikan ketentuan larangan bagi pendaki. Yakni para pendaki dilarang untuk melakukan tindakan-tindakan di bawah ini:

  • Membawa binatang/tumbuhan kedalam/keluar kawasan: Membawa masuk atau keluar tumbuhan atau hewan dapat mengganggu hingga merusak keseimbangan ekosistem di kawasan TNGGP
  • Mengambil, memetik, memindahkan atau mencabut tumbuhan: Sama halnya dengan poin di atas, tindakan mencabut, memetik, memindahkan dan mengambil akan memberikan pengranguh negatif pada ekosistem tumbuhan
  • Membuat api unggun: Membuat api unggun sangat berbahaya apabila tidak dilakukan dengan prosedur safety yang baik. Dampak terbesar dari tindakan ini dapat memicu terjadinya kebakaran hutan
  • Mengganggu, memindahkan atau melakukan vandalisme: Vandalisme merupakan tindakan yang tidak terpuji apalagi jika dilakukan pada fasilitas umum, termasuk pada fasilitas-fasilitas di kawasan TNGGP
  • Manipulasi identitas pendaki: Melakukan penggantian atau perubahan identitas pendaki (mengganti data calon pendaki yang sudah di validasi) pada simaksi tanpa sepengetahuan petugas
  • Menyalahgunakan simaksi: Menggunakan simaksi pendakian untuk kegiatan lain, seperti diklat pencinta alam, kegiatan orientasi pencinta alam, atau kegiatan lain yang sejenis;
  • Membawa obat-obatan terlarang: Minuman beralkohol, atau barang lain yang sejenis;
  • Membawa perlengkapan yang tidak ramah lingkungan: Seperti pembersih badan yang sulit terurai, tisu basah, pasta gigi, sabun, shampoo, atau perlengkapan lain yang sejenis
  • Membawa peralatan dengan fungsi merusak: Seperti golok, pisau belati, pisau dapur, atau peralatan lain yang sejenis yang bisa digunakan untuk melakukan perusakan kawasan
  • Membawa peralatan elektronik yang dapat mengganggu ketenangan kehidupan flora fauna: Seperti radio komunikasi (handy talky) , Walkman, gamewatch, wireless speaker, atau peralatan lain yang sejenis
  • Melakukan perbuatan tidak terpuji: Seperti melanggar kesopanan, perbuatan yang meresahkan, perbuatan yang tidak menyenangkan, perbuatan asusila, atau perbuatan lain yang sejenis.

Pantangan Bagi Pendaki Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede dan Pangrango juga tidak luput dari nilai-nilai spiritual dengan berbagai cerita legenda hingga mitos yang sudah banyak tersebar di masyarakat.

Pendaki yang baik akan menghormati nilai-nilai tersebut dengan tidak melakukan tindakan-tidakan sebagai berikut:

  • Bersuara keras atau berisik: Menurut kepercayaan, gunung merupakan tempat keramat dan dihuni oleh makhluk halus. Bersuara keras bisa mengganggu mereka dan dianggap tidak sopan
  • Berbuat asusila: Dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap penghuni gunung dan bisa mengundang bencana
  • Buang air besar/ kecil sembarangan: Harus dilakukan dengan cara yang benar, yaitu dengan menggali lubang dan menutupnya kembali
  • Mengucapkan kata-kata tabu: Beberapa gunung memiliki kepercayaan tertentu dan ada kata-kata yang dianggap tabu untuk diucapkan
  • Mengambil sesuatu tanpa izin: Seperti batu, tanaman, atau benda lain yang dianggap keramat. Hal ini dianggap bisa mengundang kemalangan
  • Mengerjakan aktivitas yang dianggap tabu: Seperti memancing di danau keramat, berenang di sungai yang dianggap suci, dll.

Mengapa Larangan dan Pantangan Penting untuk Dipatuhi?

Konservasi Alam

Alam adalah warisan bersama, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaganya. Larangan dan pantangan diciptakan untuk memastikan alam tetap lestari bagi generasi mendatang.

Keselamatan Diri

Berbagai larangan dan pantangan juga berfungsi untuk keselamatan diri kita sendiri. Gunung memiliki medan yang berbahaya dan tak terduga.

Menghormati Budaya Lokal

Setiap gunung memiliki cerita dan budaya lokalnya masing-masing. Menghormati pantangan adalah bentuk penghargaan kita kepada masyarakat lokal.

Kesimpulan

Mematuhi larangan dan pantangan ini bukan hanya untuk menghormati nilai spiritual, tetapi juga untuk menjaga kelestarian alam gunung dan keselamatan pendaki itu sendiri. Selalu ingat prinsip “Leave No Trace” saat mendaki gunung, yaitu meninggalkan jejak yang minimal di alam dan membawa pulang kenangan yang maksimal.

Bagikan tulisan ini:

You cannot copy content of this page